SEKOLAAAHHHH
Sudah seminggu, Cece memulai semester baru disekolah yang sama dengan Meme. Ya begitulah harinya, seperti anak sekolah pada umumnya. Namun Meme baru memperkenalkan semua temannya pada Cece hari ini.
“Kamu gak pengen ke kantin atau ke mana gitu Me, mumpung masih pagi? Kenapa harus melihat manusia-manusia dari atas sini.” celetuk Cece sambil bersandar pada pagar pembatas dilantai atas, tepat dibalkon kelas mereka.
Meme menghela nafas panjang sebelum menoleh, “Kamu iku meh tak tunjukin kelas-kelasnya, soale nek dari atas sini iku keliatan kabeh.”
Semenit kemudian Meme sudah sangat sibuk menunjuk beberapa kelas dan beberapa ruangan yang terlihat dari atas sini kepada Cece. Sedangkan yang diberitahu hanya mengangguk-angguk tanpa melihat dan malah fokus pada gerombolan yang sedang bermain futsal dilapangan outdoor.
Pandangan Cece tertuju pada pemuda yang terlihat paling mencolok diantara yang lainnya, dengan hanya bermodalkan kaos oblong putih dan celana osis juga rambut yang berterbangan saat dirinya menggiring bola.
“Heh Me, is that Nathanael my luv??” tanya Cece bersemangat sambil menunjuk kearah pemuda yang saat ini sedang menyugar rambutnya yang sedikit basah kebelakang.
Meme langsung mengalihkan pandangannya kearah pemuda yang dimaksud lalu menggangguk saja, “Yoo itu Nata,”
Cece terkikik sembari mengeluarkan ponsel dan langsung menjepret beberapa foto Nata, “Ternyata bener katamu yo, kalo dia anak sepak bola.”
Meme mendecak, “Mangkanya jangan ngeyel aja nek dibilangin.”
“But why, he’s playing football isuk-isuk gini, lakyo keringetan nanti.”
“Terserah dia lah.” sahut Meme acuh tak acuh.
“Terus seng itu siapa yo?” kali ini Cece menunjuk ke arah segerombolan pemuda yang berjalan beriringan kearah kantin.
“Oh itu Bastian, anak kelas 3, kelasnya ada ndek bawah sini.” sahut Meme santai sambil menunjuk pada salah satunya yang berkacamata membuat Cece mendecak keras.
“Ck, bukan iku jancikk yang ndek sebelahe ituloh. Sok cool banget pake sweater.” tunjuk Cece pada pemuda lainnya yang memakai sweater hitam dan sedang sibuk menunduk melihat handphone nya.
Meme tampak memfokuskan pandangannya sebelum mengangguk mengerti, “Oh ituuu, itulohhh sapa seh namae hmm. Siapa yooo?” kata Meme sambil mencoba mengingat nama pemuda yang dimaksut. “Ah gak tau lah jancok, nanti ae tak tanyain ke Bastian.” lanjut Meme menyerah.
“Bastian cowokmu tahh?” tanya Cece dengan polosnya membuat Meme ternganga.
“Nguwawor ae. Nanti ae tak kenalin sama itu Bastian dkk.”
“Kenapa gak sekarang ajaaa?? Aku meh melihat Nata main bola.”
“Aku males nek sekarang, soale nek jam segini iku jelas ada banyak banget cowok seng nongkrong ndek sekitaran kelas e mereka. Cewek e juga mbikin males, apalagi mereka dikantin.” keluh Meme sambil menghela nafas panjang.
“Sekarang aja gak sehh??? Nanti kata Papiku meh ada rapat jadie jamkos sampe istirahat.” papar Cece membuat Meme kembali menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk.
“Tapi nanti aja jam pertama atau jam kedua, aku meh ke perpus dulu pinjem komik.” kata Meme membuat Cece mengangguk semangat dan berjalan mengekori Meme kearah perpustakaan diujung gedung.
Sesuai janji, Meme akan mengenalkan Cece pada Bastian dan kawan-kawan setelah dia meminjam komik di perpustakaan sekolah.
Kini keduanya sudah berjalan masuk kearah kantin dengan Meme menenteng dua komik one piece edisi terbaru.
“Duduk sini ae, itu nanti lak mereka nyamper kesini.” Meme berkata sambil meletakkan komiknya di meja.
Dan seperti yang sudah diduga, tak lama kemudian Bastian dan lainnya menghampiri.
Bastian mengulas senyum ke arah Meme kemudian menyapa, “Tumben kamu ndek sini, ini siapa?”
“Oh, ini, Cece. Seng tak ceritain kemaren itu yang pindahan dari London,” sahut Meme sambil menunjuk ke arah Cece yang sudah tersenyum lebar.
“Hehe, hallo everyone, mulai sekarang kalian juga temanku.” seru Cece membuat semuanya serentak terkekeh pelan dan menganggukkan kepala mengiyakan.
“Why you here??????” pekik Cece yang mendapati sosok Jeff yang melangkah mendekat dengan satu cup besar minuman.
“Loh kalian wes saling kenal?” celetuk Biru yang datang bersama dengan Jeff.
“Yo kenal, kan Cece ini pacarku, yaapa seh kalian ini.” sahut Jeff dengan bangganya dan langsung mendudukan diri didepan Cece.
Cece menatap sinis ke arah Jeff sebelum memukul pelan kepala pemuda itu menggunakan sendok, “Pacarmu your ndas. Shut up before i slepet you ambek karet nasi kucing.”
Akhirnya setelah berkenalan dengan keempat pemuda baru yang Cece tau bernama Bastian—si pemuda berkacamata, Biru atau seringnya disapa Biu—pemuda dengan hidung mancung dan lesung pipi, Jobbian—si mulut petasan dan si tiang, dan yang terakhir si kulkas seribu pintu —Bian. Jeff nggak dihitung soalnya udah kenal.
“Nat sinio gabung,” Biru berteriak pada pemuda yang tengah celingukan mencari tempat sambil memegang sebotol pocari yang tinggal setengah.
Pemuda itu mengangguk dan langsung menghampiri mereka. “Nahh ini baru pacarkuu, ya ga bro???” celetuk Cece membuat Nata tertawa keras sebelum mendudukkan diri disamping Cece.
“Tolong lah ya, kamu itu jangan jadi jablay ndek sini.” semprot Jeff sambil melemparkan gulungan tisu kearah Cece yang membuat gadis itu mencibir.
Nata yang sudah duduk disamping Cece pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kedua orang itu.
“Kenapa kamu tadi pagi wes main bola yo???” tanya Cece sambil menatap pada pemuda disampingnya mengabaikan Meme yang berada disebelahnya.
Nata menoleh ke arah Cece, “Olahraga pagi lah baby, emang apalagi???”
“Hmmm tapi masih wangi sihh. Kamu ganti parfume yo???” Cece berkata sambil mendekat ke arah Nata.
“Lahh udah akrab aja sampe hafal parfume ganti???” celetuk Jobbian membuat Cece maupun Nata terkekeh.
“Iyo dia seatmate ku ndek kelas.” sahut Nata sambil menenggak pocari miliknya hingga tandas.
Jobbian mengangguk saja lalu lanjut bermain game bersama yang lain.
“Iya aku ganti parfume, seng kemarin habis terus pas beli lagi sold out.” kata Nata sembari menoleh kearah Cece yang masih menatapnya, “Gimana?? Baunya enak seng mana??”
Cece memajukan badan untuk lebih membaui pemuda itu sebelum menyeletuk, “Ish baunya enak yang inilah lebih freshy. Parfume mu seng kemaren bau jamet.”
Nata melolot tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Babyy seriously??? Parfume ku kemaren hargae 5 jutaaa.”
“Parfume opo jancikk kok bisa-bisanya dikatain jamett???” tanya Jeff sambil mendongak setelah sibuk push rank dengan Jobbian dan Bastian.
“Tom Ford jancokkk, masa dikatain bau jamet???” Nata protes sambil menatap sinis kearah Cece yang mencibir ditempatnya.
Meme terkekeh ringan ditempatnya sambil sesekali mencomot kentang goreng dari piring milik Bian disampingnya.
“Kak, ini tak makan gak apa seh??? Opo gak boleh??” tanya Meme membuat Bian yang merasa diajak bicara hanya mengangguk lalu beralih mendorong piring berisi kentang goreng itu mendekat kearah Meme.
“Nggak apa, makanen ae.”
“Ini kalian berlima itu sekelas semua kah??” tanya Meme pada semuanya saat mereka serempak meletakkan ponselnya keatas meja, menyudahi permainan game onlinenya.
“Iyo sekelas semua.” jawab Jobbian membuat Meme mengangguk saja.
“Bas, nanti anterno aku yo beli maklor,” kata Jobbian pada Bastian yang sedang berbincang dengan Biru disampingnya.
“Males males, nanti mesti kamu melipir melipir cokk. Gak ada itu agenda beli maklor tok.”sahut Bastian sinis.
“Maklor itu apa?” tanya Cece polos membuat semuanya kini memandang Cece takjub dengan gadis itu tidak tau apa itu Maklor. Ya terkecuali Meme, karena dia sudah tau kalau Cece ini newbie dalam hal jajanan Indonesia karena lama diluar negeri.
Nata mengerjapkan matanya, “Baby, do you really not know apa itu maklor?” tanyanya yang langsung diangguki oleh Cece.
“Nggak,” Cece menggeleng sebelum menoleh kearah Jeff, “Jepp, maklor itu sejenis apa sih???” tanya gadis itu membuat Jeff tertawa keras lalu menepuk bahu Jobbian keras. “Kasih tau cokk.” kata Jeff.
“Maklor itu makaroni yang dikasi telur, mosok gitu ae gak tau?” Jobbian menjelaskan sambil sedikit gondok, bisa-bisanya orang didunia ini nggak tau apa itu maklor.
Meme menghela nafas panjang, “Yo soale dia ini dari kecil ndek luar negeri, dan baru balik ini langsung sekolah kelas 2. Belum tak ajakin nyari jajanan jametmu itu Koh, makanya dia gak tau apa itu maklor.” kata Meme menjelaskan pada semuanya yang dibalas anggukan saja, kecuali Jeff yang masih saja tertawa.
“Jeff kamu diemo yaapa sehh?? Apa perlu itu mulutmu tak kasih karet gelang biar menutup dan gak memberikan polusi suara berlebihan???” celetuk Cece sembari mengeluh kearah Jeff yang masih saja tertawa.
Cece kemudian menghela nafas panjang sebelum menoleh kearah Bian yang sedari tadi hanya diam, “Koko seng ini lagi sariawan tah? Kok diem aja daritadi. Apa nggak suka ambek aku????” tanya Cece sembari menatap Bian yang hanya terdiam ditempatnya. “Koko jangan diem aja, nanti ketempelan yaapa kan sayang.”
“Sayang kenapa?” sahut Bian akhirnya merespon.
Cece mengerling, “Heheehe gak apa-apa kok sayang, makasih udah perhatian.”
“WOYYYY.” semuanya serempak berseru membuat Cece mencibir.
Bian hanya menyunggingkan senyumnya sebelum menyesap es teh miliknya, mengabaikan yang lainnya yang masih meledek Cece.
Meme disamping Bian dibuat bengong oleh suara dan sedikit senyum pemuda itu, dan saat Bastian mendapati Meme yang membuka mulutnya itu pun langsung menutupinya dengan tangannya.
“Biasa aja lah, nanti mulutmu dimasukin lalat loh.” celetuknya sambil menutupi mulut Meme.
Cece yang melihat adegan itupun berbisik pada Nata. “He ini Meme sama Koh bastian emang gaada apa apa yo??? Ini semacam friendzone atau apa yoo??”
“Gak tau lah, bukane seng ada apa apa itu kamu sama Koh Jeff ya?? Kamu pacaran yo ambek Koh Jeff?” celetuk Nata membuat Cece langsung menoleh ke arahnya dan menggelengkan kepalanya, “Nggak anjirrr. He’s my cousin, Koko ku dia tuh.”
“Koh, nanti aku minta tolong diajarin bab ini ya.” kata Meme sambil menunjukan halaman buku ke arah Bastian yang hendak pulang.
“Apase? Mana liat” kata Biu mendekat lalu ikut melihat buku yang di pegang Meme.
“Oalah ini mah gampang, yo bagi Bastian se haha,” lanjut biu setelah membaca soal dibuku Meme sembari tertawa.
“Iyo nanti kamu chat aja. Aku kate nganterin Biu dulu iniloh,” kata Bastian sambil menunjuk Biu yang menyengir dengan dagunya.
Meme mengangguk saja lalu setelahnya Bastian bersama dengan Biu melangkah menjauh.
“Kamu beneran gaada apa apa sama Bastian?” celetuk Cece dari belakang mengejutkan, membuat Meme sedikit berjengit kaget.
“Ngagetin cokkk. Wes wes karepmu ae meh mikir gimana,” kata Meme pada akhirnya pasrah, “Ayoo kamu pulang apa ndak???”
Cece mendecak sebelum berlari kecil menyusul Meme yang sudah berada jauh didepan.
“Sopo lagi ini seng mbok bully Nat,” celetuk Meme saat melihat Nata sedang menyeret pemuda yang satu tingkat lebih muda.
Nata terhenti, dan menghela nafas panjang, “Sopo juga seng meh membully seh, wong aku loh meh ngajakin anak ini main bola, but he doesn't want to.”
“Nata, jangan gituu, nggak baik.” seru Cece.
Nata lagi-lagi menghela nafas saat dirinya merasa dipojokkan oleh dua gadis itu, “Baby, i just want to invite him to my football club. Ada sparring tonight and less members.”
“Jancok apaseh, wong gendeng iki,” semprot Meme sambil melewati Nata dan menghampiri pemuda yang dibawa oleh Nata tadi, “Wes ayo pulang Bim, ojok didengerin iku pasangan PBB.” ucap Meme sambil meninggalkan mereka berdua.
“Who is that guy???” tanya Cece sambil berjalan menyusul Meme yang sudah mendahuluinya bersama Nata yang sekarang sudah berjalan beriringan dengannya.
“Bimantara, anak kelas 1-4 meh tak ajakin gabung clubku, soale pinter anak itu nek menyerang.” sahut Nata sambil merangkul Cece yang berada disampingnya.
“Kamu kok mau seh dipaksa paksa ambek Nata?” kata Meme sambil menggandeng tangan Bima sambil sesekali melirik sinis kearah Nata yang juga menatapnya seperti hendak mengajak ribut.
Bima terkekeh,”Lah aku tiba tiba ditarik e tadi sama Mas Nata.”
“Gausah dipanggil Mas, wong arek kayak gitu kok mbok panggil Mas. Gak cocok blass rupane.” sahut Meme yang membuat Bima tertawa lepas.
Nata yang berada dibelakang mereka mendecak keras, “Ini malah ngajarin seng gak baik loh. Arek wedok gendeng.”
“Mangkane tah nek meh ngajak main iku seng bagus, ojok di seret seret ae.” semprot Meme membuat Nata mencibir, Bima yang berada disampingnya hanya mengangguk mengiyakan.
Nata dari belakang menepuk pelan bahu Bima, ”Yooo, maaf. Ayok main bola ambek aku, Bim. Nanti malem, share location rumahmu ae nanti tak jemput.”
“Iya boleh deh.” Bima mengangguk mengiyakan, membuat Nata tersenyum lebar.
“Kamu pulang sama Meme?? Kalo enggak i’ll drive you home, baby.” kata Nata kearah Cece.
“Nope, aku pulang sama Koh Jeff. Tuh udah standby,” jawab Cece sembari menunjuk kearah maserati milik Jeff yang sudah terparkir didepan gerbang masuk gedung sekolah.
“Me, ayoo lets go,” seru Cece sambil menarik tangan Meme yang langsng ditepisnya.
Meme menggeleng keras, “Aku mau beli buku dulu, wes gakpapa kamu duluan o aja.”
“Hmm yowes terserah, hati hati loh ya kamu, ojok menggak menggok dan langsung pulang aja nek wes selesai, im watching you.” kata Cece mewanti wanti Meme.
Meme melambaikan tangannya setelah Jeff membunyikan klakson untuk berpamitan.
“Tak anter ayo.” celetuk Nata yang masih berada dibelakang Meme.
Meme menoleh lalu menggeleng dan lanjut mendorong Nata kearah mobilnya, “Nggak wes, nanti aku dikatain pelakor ambek gendaanmu seng buanyak e ngalah-ngalahin asrama putra putri.”
“Hahahahaha bangsattttt, gak ngono cok.” Nata tertawa keras sebelum mengangguk lalu masuk kedalam mobil dan perlahan meninggalkan Meme yang masih berdiri disana mengamati mobil Jeff dan mobil Nata yang menghilang.