Eskrim Haselnut

“Gila banget. Bisa-bisanya gue mau nonton film begituan.” Monologku kala sudah diluar studio. Beberapa orang terlihat lalu lalang didepan, dan aku memutuskan untuk menunggu disebuah kedai yang kelihatannya enak disebrang studio bioskop ini.

Entah aku yang terlalu sibuk dengan ponselku untuk bermain candy crush, tmi nih guys aku main candy crush udah sampai level 2500 udah kaya harga ciki aja. Seorang waitress muncul dan meletakkan pesananku keatas meja, tak lupa aku mengucapkan terimakasih dan lanjut fokus bermain. Saat mendongakkan kepala, sosok Martin dengan sok gantengnya menyangga kepalanya dengan sebelah tangan dan menatapku dengan berseri-seri. Yaelah.

“Ngapain disini??” Kataku yang mencoba tidak ambyar. Ya gimana ya, Martin nih walaupun lagi sok ganteng begini pesonanya nggak bisa ditolak mentah-mentah. Dia terkekeh kecil sebelum mengelus puncak kepalaku. “Wait. Lo ngapain disini??? Ntar dicariin cewek lo,”

Guys tau nggak sih?? Aku bilang begitu ada rasaa nggak rela tau. Tapi bodoamatlah yaa. “Dia bukan cewekku, Hon.” Aku merolling mata kala akhirnya ia membalas pertanyaanku barusan, sangat nggak make sense, bisa-bisanya dia bilang bukan ceweknya sedangkan si ceweknya bilang dia cowoknya. Ah ngomong apaansih aku nih.

“—Masa aku biarin kamu disini sendirian nunggu???” Asli aku pengen banget melebur jadi satu sama eskrim haselnut pesananku. Emang gak bisa diajak kompromi nih hati yaa, bisa-bisanya baper sama kata-kata krokodil.

“Basi. Dah balik sana, habis ini gue mau pulang duluan.”

Dia terlihat mengangkat sebelah alisnya, “Kenapa tiba-tiba???”

“Aku mau ada acara.”

“Whats event???”

“Cowok gak boleh tau.”

“Hahaha alright. Let me take you home,”

“Nope. Not today, aku hari ini dijemput sama Hades,”

“Kenapasih kamu tiap mau aku anterin pulang selalu nggak mau??” Kulihat dia agak sedikit kesal. Ya bukannya gimana-gimana nggak mau dianterin pulang, cumaaa..... dia kan lagi.... sama cewe.

Aku merolling mata dan mendecak mendengar penuturannya, “Bukan gitu. Kalau misalnya gue ketemu lo disini, dan lagi sama-sama sendiri mungkin gue mau dianter sama lo. Tapi, look at this situation, lo lagi sama cewek. Mau disuruh naik taksi nanti ceweknya??? Kalau gue jadi dia sih ogah amat.”

Kulihat dia menghela nafas usai mendengar kata-kata panjang lebarku. Aku mengabaikannya yang terlihat agak frustasi dan memilih memakan eskrim ku sebelum jemputanku datang. “Fine. I’ll call you later.” Aku mengangguk menanggapinya.

Kutatap dia lama namun dia tak kunjung bergerak dan malah balas menatapku. “Kok masih disini??????!!!!”

“Lah ngusir.”

“Ck. Harusnya tuh kalau udah bilang begitu terus pergi. Bukan malah tatap-tatapan begini.” Ku dengar dia tertawa renyah sebelum merampas sendok eskrimku dan menyuapkan sesendok penuh kedalam mulutnya. “Not me. Aku masih mau disini, nungguin kamu dijemput.”

“Sini balikin sendoknya. Jangan dimakan. Ishh, jorok kali dijilatin begitu.”

“Lain kali ayok kita ngedate.” Aku membelalak kala ia dengan santainya berkata seperti itu, “Nggak sih. Nggak ngedate, lebih tepatnya staycation.”

“Apa enaknya??” Ku tanya. Dia tampak berpikir sejenak untuk memilah jawaban yang tepat. “Kalo nggak enak ya dienakin aja Hon. Gimana?? Dideket sini aja, tapi just two of us, nggak ada bodyguard nggak ada pasukan lenong. Hahaha.”

Apa-apaan nggak enak dienakin??? Maaf deh pikiranku kemana-mana padahal aku disini aja. But, idenya oke juga buat qtime. Jadi aku mengangguk menyetujui dan tak lama ponselku berdering, nama Hades tertera.

“Oh udah dibawah??? Okay, tunggu sebentar gue turun dulu.” Kata ku kala Hades bilang ia sudah berada dibawah. Mataku melirik kearah Martin yang menyibukkan diri menyendoki sisa-sisa eskrim ku tadi, “Gue pulang dulu. Lo balik aja, udah lama banget emang gak dicariin???”

Dia menggaruk lehernya yang kutahu tak gatal itu dengan meringis, “Iyasih. Tadi dia ngechat kenapa nggak balik-balik.”

“Tuhkan!! Udah ah. Aku turun dulu,” Saat hendak melangkah lenganku dicekal olehnya, refleks aku pun berbalik dan menatapnya, “What??”

Dia tiba-tiba berdiri dengan tangan yang masih memegangi pergelangan tanganku. “Ada yang ketinggalan,” aku celingukan mencari-cari apa yang tertinggal, namun aku dibuat syok sekali lagi kala dia dengan seenaknya mencium puncak kepalaku saat aku menunduk dan beralih mencium keningku kala aku mendongak menatapnya.

“Hahaha udah. Nggak ada lagi yang ketinggalan, bye Hon,” Aku ternganga melihat punggungnya yang semakin menjauh, dengan wajah yang sepertinya memerah aku pun melangkah keluar dari kedai tersebut dan berjalan turun kelantai dasar dimana Hades menunggu.

Oh iya, aku hampir lupa dengan Danny saat tadi asyik dengan Martin. Padahal tadi niat hati mau bikin Martin cemburu tapi gagal sudah. Rencana hanya sebatas rencana. Saat hendak mendial nomor Danny, dia telah lebih dulu mengirim pesan.