vanillaeste

Jika kalian berpikir menjadi yang selalu nomer satu itu menyenangkan, kalian salah. Dan jika kalian berpikir menjadi Pacar Ketua Osis itu menyenangkan, kalian juga salah.

Kenalin, namanya Arabella atau teman-temannya biasa memanggil dia Ara. Murid berprestasi yang duduk di bangku kelas XII-IPA 3.

Sosoknya yang tinggi, cantik dan suka menolong temannya, bahkan Ara ini sering membuat iri teman satu angkatannya bahkan dia juga sempat diejek bahwa dia adalah kesayangan para guru. Well, jika kamu mau mendapat kepercayaan para guru setidaknya kamu harus membuat prestasi dan beratittude baik. Tidak hanya jago berbicara di belakang. Seperti itulah kiranya yang ada dipikiran Arabella.

Tidak peduli apa yang dibicarakan orang yang membencinya, Ara akan terus membuat prestasi dan akan semakin membuat yang iri akan terus merasakan ke irian itu. Karena dengan mempunya sifat Iri tidak akan membuat kamu mendapatkan prestasi kecuali kamu berusaha untuk menyaingi Arabella.


Jam terasa begitu cepat karena hujan yang tidak kunjung henti sedari pagi. Suara khas air hujan juga mengisi seluruh penjuru di sudut sekolahan yang sangat luas ini. Lapangan basket yang biasanya diisi oleh para lelaki itupun kini air hujan telah membanjirinya.

hallooo cece sama tanteee, selamat tahun baru yaaaa.. semoga ditahun yang akan datang kita jadi semakin dekat ya. semoga gaada salah paham diantara kita hehe yaaa walaupun yang sering salah paham tuh aku sama cece wkwk.

tapiii, makasih banget udah mau temenan samaku, makasih udah ngelengkapin puzzle di hidupku, kenya kalo aku ga kenal kalian ditahun ini, aku udah gaada wkwk beneran ngga perez, semisal aku ga coba dm cece waktu itu kita gabakal kenal dan kita gabakal interaksi kayak gini.

makasih udah mau menanggapi ketidakjelasan ku, makasih udah mau tak repotin, makasih udah mau tak pinjemin duitttt huhu makasih gesss aku ga nyangka ternyata kalian adalah bagian dari puzzle pieces akuuu.

sehat sehat ya kalian, jangan lupa minum air putih dan jangan lupa makan. makasih udah bertahan sampe sekarang .

aku gatau lagi harus berterimakasih kayak gimana lagi, intinya makasih banget<3


“Beneran di dalem hutan anjir villa nya mas aming,” Ucap Adam saat mereka melintasi jalanan yang notabene kanan dan kirinya adalah pohon pinus.

Tidak lama kemudian sampailah di villa milik Milano. Bagus villanya, kayak nyaman gitu.

Ditengahnya ada tempat untuk ngobrol seperti ruang tamu namun ini di outdoor, kanan kirinya juga ada kolam. Jadi kesannya benar-benar seperti rumah milik Vampir.

kira – kira seperti ini ya Villa nya image

Setelah cukup untuk kagum atas villa milik Milano, mereka pun masuk dan memilih kamarnya masing-masing dan meletakkan barang-barang mereka.

Milano, Jeka, Gavian dan Darren sedang bersantai sambil meminum kopi didepan sambil menikmati suara bising serangga dan burung.

“Enak yo nek kita pas nyantai gini tiba-tiba ada serigala seng dateng” Ucap Sadewa yang ikut bergabung dengan mereka berempat.

“Ngaco, mana ada serigala. Wong ini ntik kebelakang dikit loh pohon karet dan disana banyak seng bekerja” Jelas Milano sambil menunjuk arah belakang Villa tersebut.

“Mosok ada pohon karetnya? meh liat ah.” Jeka berdiri dan hendak meninggalkan mereka tapi tidak jadi karena tiba-tiba gerimis.

“Ah gak seru anjir hujan,” Keluh Milano sambil mengemasi kopi dan Vape nya untuk dibawa kedalam.

“Loh kenapa balik koh? Aku meh kesana e,” Tanya Arabella yang sudah membawa ipadnya dan siap untuk bergabung.

“Hujan itu liaten”

Arabella mendecak dan melemparkan tubuhnya di sofa ruang tengah yang besar.

Mereka kini berpindah ke ruang tengah dan saling berbincang satu sama lain.

Tapi lain halnya dengan Sadewa dan Nakunta. Mereka berdua kembali main game bersama.

“Kon bisa gak seh gak usah ngendog cok?” Sadewa mengomeli Nakunta tapi pemuda itu tetap diam dan masih berfokus pada hp nya.

“Nyo males ah, kon kayak tai nek diajakin main PUBG cok,”

“Apase ini mesti rame ae loh, bisa main gausah toxic gitu kenapa cangkeme,” Athena menegur mereka sambil melemparkan kotak tissue yang ada di depannya.

“Kalian ini apa ndak balik ke Australia nek pas natal?” Tanya Milano kepada Athena dan Gavian.

“Nanti kayake seng pergi kesana aku sama Darren,” Jawaban yang keluar dari mulut Athena membuat Arabella yang tadinya bergabung dengan Sadewa pun kini menoleh dan menghentikan aktivitasnya.

“Loh kapan? kok ndak bilang ke aku?” Keluh Arabella.

“Minggu depan, kamu tetep disini sama bang ian.”

Raut wajah Arabella berubah menjadi cemberut dan dia beranjak dari tempatnya meninggalkan mereka yang berada di ruang tengah.

“Kenapa? Emang Ara gak tau tah nek meh mbuk tinggalin?” Tanya Milano lagi.

“Belom hehe, aku sudah tau nek dia bakal kayak gini,” Athena menghela nafasnya dan merasa bersalah.

“Ra, ayo bantuen aku main ini.. Loh Ara mana Ce?” Adam yang sedang menuruni tangga nampak celingukan mencari Ara.

Athena menunjuk kemana Arabella berada dengan dagunya dan membuat Adam mengalihkan pandangannya kesana.

“Udah gila ya ngomong ambek ikan?” Kejut Adam saat Arabella berbicara sendiri dengan ikan yang ada dikolam dalam rumah.

Arabella mendecak,“Ganggu ae rek, akuloh lagi qtime sama ikan ini, sana loh pergio” Dengan sedikit mendorong tubuh Adam.

“He kamu sempet berpikir gak seh nanti nek pas natalan kamu wes gak punya siapa-siapa?” Tanya Adam tiba-tiba.

“Lapose kamu ngomong kayak ngunu? Kebanyakan nonton home alone kamu tuh,” Jawab Arabella sambil memukul lengan Adam.

Namun ucapan Adam barusan sukses membuat Arabella berpikir, ia nampak memandangi ikan-ikan yang sedang berenang dengan pikiran yang entah kemana.

“Heh” Senggol Adam dan membuyarkan lamunan Arabella. “Halah weslah ndak usah dipikir, wong cuman sarkas tok aku ngomong.”

Gadis berhoodie ungu itu tidak menghiraukan Adam dan dia kembali melihat ikan yang sedang berenang dengan bebasnya.

“Ayo dam foto, biar kamu ada foto sama aku.”

Adam menuruti apa ajakan Arabella dan segera mengambil pose selfie mereka berdua.


Pagi hari disapa dengan kicauan burung dan gemercik air gerimis sisa tadi malam. Hawa yang dingin menambah kesan malas untuk semua orang pada hari itu.

Namun tidak dengan Milano, pemuda dengan kulit sawo matang itu sudah berolahraga dan membuat sarapannya sendiri.

Nampak seorang pemuda jangkung yang menuruni tangga dengan mengenakan piyama berwarna coklat. -Sadewa.

Sadewa menyapa Milano dengan mengucek matanya karena dia merasa masih ngantuk dan enggan bangun.

“Nek masih ngantuk mah tidur aja, ngapain bangun.” Celetuk Milano saat mendapati Sadewa merebahkan dirinya di sofa.

“Ndoh arek inio malah santai-santai, ndang mandi Dewa. Ayo katane meh keliling liat pohon karet.” Adam berbicara sambil menaik lengan Sadewa yang masih bermalas malasan itu.

“Ah yaweslah biarno ae. Kamu sama aku aja dam.” Arabella berjalan mendahuli Adam yang masih sibuk berusaha mengajak Sadewa main.


“Beneran di dalem hutan anjir villa nya mas aming,” Ucap Adam saat mereka melintasi jalanan yang notabene kanan dan kirinya adalah pohon pinus.

Tidak lama kemudian sampailah di villa milik Milano. Bagus villanya, kayak nyaman gitu.

Ditengahnya ada tempat untuk ngobrol seperti ruang tamu namun ini di outdoor, kanan kirinya juga ada kolam. Jadi kesannya benar-benar seperti rumah milik Vampir.

kira – kira seperti ini ya Villa nya image

Setelah cukup untuk kagum atas villa milik Milano, mereka pun masuk dan memilih kamarnya masing-masing dan meletakkan barang-barang mereka.

Milano, Jeka, Gavian dan Darren sedang bersantai sambil meminum kopi didepan sambil menikmati suara bising serangga dan burung.

“Enak yo nek kita pas nyantai gini tiba-tiba ada serigala seng dateng” Ucap Sadewa yang ikut bergabung dengan mereka berempat.

“Ngaco, mana ada serigala. Wong ini ntik kebelakang dikit loh pohon karet dan disana banyak seng bekerja” Jelas Milano sambil menunjuk arah belakang Villa tersebut.

“Mosok ada pohon karetnya? meh liat ah.” Jeka berdiri dan hendak meninggalkan mereka tapi tidak jadi karena tiba-tiba gerimis.

“Ah gak seru anjir hujan,” Keluh Milano sambil mengemasi kopi dan Vape nya untuk dibawa kedalam.

“Loh kenapa balik koh? Aku meh kesana e,” Tanya Arabella yang sudah membawa ipadnya dan siap untuk bergabung.

“Hujan itu liaten”

Arabella mendecak dan melemparkan tubuhnya di sofa ruang tengah yang besar.

Mereka kini berpindah ke ruang tengah dan saling berbincang satu sama lain.

Tapi lain halnya dengan Sadewa dan Nakunta. Mereka berdua kembali main game bersama.

“Kon bisa gak seh gak usah ngendog cok?” Sadewa mengomeli Nakunta tapi pemuda itu tetap diam dan masih berfokus pada hp nya.

“Nyo males ah, kon kayak tai nek diajakin main PUBG cok,”

“Apase ini mesti rame ae loh, bisa main gausah toxic gitu kenapa cangkeme,” Athena menegur mereka sambil melemparkan kotak tissue yang ada di depannya.

“Kalian ini apa ndak balik ke Australia nek pas natal?” Tanya Milano kepada Athena dan Gavian.

“Nanti kayake seng pergi kesana aku sama Darren,” Jawaban yang keluar dari mulut Athena membuat Arabella yang tadinya bergabung dengan Sadewa pun kini menoleh dan menghentikan aktivitasnya.

“Loh kapan? kok ndak bilang ke aku?” Keluh Arabella.

“Minggu depan, kamu tetep disini sama bang ian.”

Raut wajah Arabella berubah menjadi cemberut dan dia beranjak dari tempatnya meninggalkan mereka yang berada di ruang tengah.

“Kenapa? Emang Ara gak tau tah nek meh mbuk tinggalin?” Tanya Milano lagi.

“Belom hehe, aku sudah tau nek dia bakal kayak gini,” Athena menghela nafasnya dan merasa bersalah.

“Ra, ayo bantuen aku main ini.. Loh Ara mana Ce?” Adam yang sedang menuruni tangga nampak celingukan mencari Ara.

Athena menunjuk kemana Arabella berada dengan dagunya dan membuat Adam mengalihkan pandangannya kesana.

“Udah gila ya ngomong ambek ikan?” Kejut Adam saat Arabella berbicara sendiri dengan ikan yang ada dikolam dalam rumah.

Arabella mendecak,“Ganggu ae rek, akuloh lagi qtime sama ikan ini, sana loh pergio” Dengan sedikit mendorong tubuh Adam.

“He kamu sempet berpikir gak seh nanti nek pas natalan kamu wes gak punya siapa-siapa?” Tanya Adam tiba-tiba.

“Lapose kamu ngomong kayak ngunu? Kebanyakan nonton home alone kamu tuh,” Jawab Arabella sambil memukul lengan Adam.

Namun ucapan Adam barusan sukses membuat Arabella berpikir, ia nampak memandangi ikan-ikan yang sedang berenang dengan pikiran yang entah kemana.

“Heh” Senggol Adam dan membuyarkan lamunan Arabella. “Halah weslah ndak usah dipikir, wong cuman sarkas tok aku ngomong.”

Gadis berhoodie ungu itu tidak menghiraukan Adam dan dia kembali melihat ikan yang sedang berenang dengan bebasnya.

“Ayo dam foto, biar kamu ada foto sama aku.”

Adam menuruti apa ajakan Arabella dan segera mengambil pose selfie mereka berdua.


Pagi hari disapa dengan kicauan burung dan gemercik air gerimis sisa tadi malam. Hawa yang dingin menambah kesan malas untuk semua orang pada hari itu.

Namun tidak dengan Milano, pemuda dengan kulit sawo matang itu sudah berolahraga dan membuat sarapannya sendiri.

Nampak seorang pemuda jangkung yang menuruni tangga dengan mengenakan piyama berwarna coklat. -Sadewa.

Sadewa menyapa Milano dengan mengucek matanya karena dia merasa masih ngantuk dan enggan bangun.

“Nek masih ngantuk mah tidur aja, ngapain bangun.” Celetuk Milano saat mendapati Sadewa merebahkan dirinya di sofa.

“Ndoh arek inio malah santai-santai, ndang mandi Dewa. Ayo katane meh keliling liat pohon karet.” Adam berbicara sambil menaik lengan Sadewa yang masih bermalas malasan itu.

“Ah yaweslah biarno ae. Kamu sama aku aja dam.” Arabella berjalan mendahuli Adam yang masih sibuk berusaha mengajak Sadewa main.


image


Akhirnya hari ini datang juga, hari dimana Arabella dan ketiga kakaknya kembali ke Indonesia.

Tujuan mereka sementara ini ke kediaman utama yang berada di Indonesia. Karena mereka harus mengurus beberapa berkas kepindahan mereka dan juga mengurus pendidikan mereka juga.

“Besok yang nganter Ara ke sekolah baru siapa?” Tanya Arabella kepada para saudaranya yang kini berkumpul di ruang tengah.

“Aku sama Cecemu, Darren dirumah aja” Kata Gavian.


Sudah datang, Arabella sudah menginjakkan kakinya disekolah baru untuk mendaftar. Disana dia bertemu dengan Hanni.

“Kamu nek meh pergi sama hanni, pergi aja gaapa, ntik nek butuh apa apa tak telfon” Ucap Athena pada adik kecilnya.

Arabella bergandeng tangan dengan Hanni layaknya dua anak kecil yang sedang menyeberang jalan.

“Kamu mulai masuk kapan Bell?” Tanya Hanni sambil menyodorkan susu pisang kepadanya.

“Kayanya senin, ini Jumat kan? besok sama minggu libur jadinya masuk senin” Ucapnya sambil merobek bungkus sedotan.

Mereka berdua menikmati minumannya di lorong dekat kantor ruang guru, supaya kalau ada apa apa nanti ga terlalu jauh.

Mata Arabella menemukan sosok yang dikenalnya, —Jevano.

“Itu Jevano ya Han?”

Hanni nampak celingukan dan menemukan sosok Jevano yang tengah berjalan menuju kelas ips, “Iya itu Jevan, mau nyamper?”

Arabella kemudian mengangguk dan segera beranjak dari tempat duduknya.


“Jevannoooooo, ihhh kamu lama banget sih kesini nyaaa, aku udah kangen tauuuu” Ucap seorang perempuas yang kini bergelendotan di lengan Jevano.

“Hehe maaf ya, Dis. Tadi aku disuruh Bu Ima nganter tugas”

“Yaudah ayo kita pulang, Aku gasabar pengen peluk peluk kamu” Katanya —Gadis.

Mereka berdua berjalan menuju parkiran dan tak lupa ada Arabella dan Hanni yang sedang mengintai mereka berdua tanpa Jevano sadari.

“Jevano, peluk” Kata Gadis sambil merentangkan tangannya untuk berpelukan dengan Jevano.

Jevano mendekat ke arah Gadis dan memeluknya kemudian dia juga mengecup pipi kanan sang Gadis.

“Apa konteks nya ya Jen?” Suara Arabella bergema di seisi parkiran.

Jevano dan Gadis, mereka tentu saja terkejut dengan kehadiran Arabella.

Arabella mendekat dengan tangan yang mengepal karena dia tengah menahan emosinya yang sudah memuncak.

“Kamu ngapain Jevano? Ngapain?” Jevano tidak menjawab dan dia masih memasang wajah kagetnya.

“Kamu juga, kamu gadis kan? Jevano nge treat kamu kayak apa, Dis? Sampe kalian kayak gini?” Dengan suara gemetar Arabella memberanikan diri.

“Jawab aku Jen! Kamu nge treat dia model apa? Kayak gimana Jen! Jawab!!” Kini Arabella menaikkan volume suaranya.

“Ara, aku tau aku salah. Aku bisa jelasin.” Kata Jevano sambil memegang tangan Arabella.

Arabella melepaskan tangan Jevano dengan paksa, “Aku selama kita Ldr, aku ga pernah mikir buat nyari cowok lain Jen. Aku beneran sayang sama kamu, aku percaya sama kamu, tapi kamu? Kamu malah kayak gini Jen!”

“Ara Im sorry, dengerin aku”

“No Need! Im broke up with u” Ucap Arabella yang sudah menangis, Hanni mendekatinya dan memeluk temannya itu.

“No Ara, aku gamau. Dengerin aku dulu” Jevano masih mencoba membujuk Arabella yang kini sudah menangis di pelukan Hanni.

Arabella tidak menghiraukannya, dan dia kini meninggalkan Jevano dan Gadis di parkiran.


“Loh kenapa, Me?” Tanya Athena saat mendapati sang adik menangis.

“Tadi habis berantem sama Jevano” Hanni menjawab.

“Wes wes ndak apa, ayo pulang aja. Nanti cerita ndek rumah” Kata Gavian yang kini menggantikan Hanni menenangkan Arabella.

“Kamu pulang ambek sapa, Han? Bareng aja tah?” Athena menawarkan.

“Endak, Ce. Aku bawa mobil kok. Makasih, aku pulang dulu” Pamit Hanni.

Mereka bertiga juga pulang karena semua yang diperlukan sudah beres.

Saat sampai di gerbang, mereka bertiga berpapasan dengan mobil Jevano. Arabella langsung memalingkan wajahnya.

Di mobil, Arabella menceritakan semuanya kepada kedua kakaknya.

Iya, sudah dibilang kan kalo Ldr tuh susah. Bahkan susah banget.

Akhirnya hari ini datang juga, hari dimana Arabella dan ketiga kakaknya kembali ke Indonesia.

Tujuan mereka sementara ini ke kediaman utama yang berada di Indonesia. Karena mereka harus mengurus beberapa berkas kepindahan mereka dan juga mengurus pendidikan mereka juga.

“Besok yang nganter Ara ke sekolah baru siapa?” Tanya Arabella kepada para saudaranya yang kini berkumpul di ruang tengah.

“Aku sama Cecemu, Darren dirumah aja” Kata Gavian.


Sudah datang, Arabella sudah menginjakkan kakinya disekolah baru untuk mendaftar. Disana dia bertemu dengan Hanni.

“Kamu nek meh pergi sama hanni, pergi aja gaapa, ntik nek butuh apa apa tak telfon” Ucap Athena pada adik kecilnya.

Arabella bergandeng tangan dengan Hanni layaknya dua anak kecil yang sedang menyeberang jalan.

“Kamu mulai masuk kapan Bell?” Tanya Hanni sambil menyodorkan susu pisang kepadanya.

“Kayanya senin, ini Jumat kan? besok sama minggu libur jadinya masuk senin” Ucapnya sambil merobek bungkus sedotan.

Mereka berdua menikmati minumannya di lorong dekat kantor ruang guru, supaya kalau ada apa apa nanti ga terlalu jauh.

Mata Arabella menemukan sosok yang dikenalnya, —Jevano.

“Itu Jevano ya Han?”

Hanni nampak celingukan dan menemukan sosok Jevano yang tengah berjalan menuju kelas ips, “Iya itu Jevan, mau nyamper?”

Arabella kemudian mengangguk dan segera beranjak dari tempat duduknya.


“Jevannoooooo, ihhh kamu lama banget sih kesini nyaaa, aku udah kangen tauuuu” Ucap seorang perempuas yang kini bergelendotan di lengan Jevano.

“Hehe maaf ya, Dis. Tadi aku disuruh Bu Ima nganter tugas”

“Yaudah ayo kita pulang, Aku gasabar pengen peluk peluk kamu” Katanya —Gadis.

Mereka berdua berjalan menuju parkiran dan tak lupa ada Arabella dan Hanni yang sedang mengintai mereka berdua tanpa Jevano sadari.

“Jevano, peluk” Kata Gadis sambil merentangkan tangannya untuk berpelukan dengan Jevano.

Jevano mendekat ke arah Gadis dan memeluknya kemudian dia juga mengecup pipi kanan sang Gadis.

“Apa konteks nya ya Jen?” Suara Arabella bergema di seisi parkiran.

Jevano dan Gadis, mereka tentu saja terkejut dengan kehadiran Arabella.

Arabella mendekat dengan tangan yang mengepal karena dia tengah menahan emosinya yang sudah memuncak.

“Kamu ngapain Jevano? Ngapain?” Jevano tidak menjawab dan dia masih memasang wajah kagetnya.

“Kamu juga, kamu gadis kan? Jevano nge treat kamu kayak apa, Dis? Sampe kalian kayak gini?” Dengan suara gemetar Arabella memberanikan diri.

“Jawab aku Jen! Kamu nge treat dia model apa? Kayak gimana Jen! Jawab!!” Kini Arabella menaikkan volume suaranya.

“Ara, aku tau aku salah. Aku bisa jelasin.” Kata Jevano sambil memegang tangan Arabella.

Arabella melepaskan tangan Jevano dengan paksa, “Aku selama kita Ldr, aku ga pernah mikir buat nyari cowok lain Jen. Aku beneran sayang sama kamu, aku percaya sama kamu, tapi kamu? Kamu malah kayak gini Jen!”

“Ara Im sorry, dengerin aku”

“No Need! Im broke up with u” Ucap Arabella yang sudah menangis, Hanni mendekatinya dan memeluk temannya itu.

“No Ara, aku gamau. Dengerin aku dulu” Jevano masih mencoba membujuk Arabella yang kini sudah menangis di pelukan Hanni.

Arabella tidak menghiraukannya, dan dia kini meninggalkan Jevano dan Gadis di parkiran.


“Loh kenapa, Me?” Tanya Athena saat mendapati sang adik menangis.

“Tadi habis berantem sama Jevano” Hanni menjawab.

“Wes wes ndak apa, ayo pulang aja. Nanti cerita ndek rumah” Kata Gavian yang kini menggantikan Hanni menenangkan Arabella.

“Kamu pulang ambek sapa, Han? Bareng aja tah?” Athena menawarkan.

“Endak, Ce. Aku bawa mobil kok. Makasih, aku pulang dulu” Pamit Hanni.

Mereka bertiga juga pulang karena semua yang diperlukan sudah beres.

Saat sampai di gerbang, mereka bertiga berpapasan dengan mobil Jevano. Arabella langsung memalingkan wajahnya.

Di mobil, Arabella menceritakan semuanya kepada kedua kakaknya.

Iya, sudah dibilang kan kalo Ldr tuh susah. Bahkan susah banget.


Sadewa merutuk terus menerus kala grup chat keluarganya ramai oleh sang Mamas yang membeberkan postingan close friends miliknya.

Pemuda jangkung itu sesekali melirik kearah seorang gadis mungil dihadapannya yang sedang duduk menyamping di motor miliknya memainkan ponsel. “Ara, nanti kalo Kak Jen kesini kamu tolong jangan salting ya.”

Sadewa tidak tahu saja, gadis didepannya mendengus kecil kala nama itu disebut.

Tak berapa lama kemudian sebuah mobil camaro hitam berhenti didepan keduanya, Jeno turun dengan menenteng sebuah kemeja berwarna biru dan sebuah baseball cap berwarna hitam.

“Ndi kuncimu. Ndang cepet nek meh pergi, pulang ojok malem-malem. Kamu mbawa anak gadis orang.” kata Jeno beruntun sembari menarik kunci motor dengan gantungan naruto itu cepat, lalu berbalik dan menghampiri Arabella yang sudah berdiri diam menatapnya tanpa minat.

“Diluar panas, aku tau kamu meh ngajakin Dewa kemana.” kata Jeno, lagi, sambil memasangkan baseball cap miliknya ke kepala Arabella.

Gadis itu mendengus sebal sebelum merollingkan matanya dan berjalan lurus kearah Sadewa yang menatap keduanya dalam diam.

“Ntik isiin bensinku yoo, Kak, itu kayak e meh habis.” seru Sadewa kearah Jevano saat dirinya dan Ara sudah berada didalam mobil.

Jevano diatas motor milik Sadewa hanya menghela nafasnya sebelum mengangkat jarinya membentuk 'Ok' sign membalas seruan adiknya tadi.


“Kenapa ndak ngajakin Kakak ae yo kamu??” tanya Sadewa sembari sesekali melirik kearah si gadis dikursi penumpang.

“Yo aku pengene ambek kamu o. Kenapa sehh kamu gak ikhlas banget pergi ambek aku.” protes gadis itu membuat Sadewa jadi terkekeh pelan.

“Yo nggak gitu, tapi aku merasa bersalah ambek Kakak.”

Why?? Aku lho wes ndak ada hubungan apapun ambek Jeno.”

Sadewa menghela nafas pelan lalu menolehkan kepalanya menatap Ara yang juga tengah menatapnya, dirinya tersenyum tipis, “I think he still loves you,”

If he did, dia nggak akan jadi sebrengsek itu, Dewa.” cicit Ara yang terdengar seperti bergumam, Sadewa disebelahnya hanya mengerutkan keningnya tak paham.

Pardon me?? Kamu bilang apa??”

Ara terkekeh pelan lalu menggeleng kecil, “Nothing. Lurus aja habis itu belok sedikit, nanti ada tenda warna biru.”

Sadewa mengangguk saja. Sepertinya mood gadis itu sedikit memburuk, pikir pemuda itu.

Warung bertenda biru yang dikatakan Ara terlihat sedikit ramai dengan pengunjung. Sadewa jadi meringis, jiwa introvertnya bergejolak agar dirinya tidak turun, namun tepukan dipunggung tangannya membuatnya mau tak mau jadi ikut keluar.

“Rame banget tau, Ara.” Sadewa mengeluh, pemuda itu bahkan belum melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari mobil.

Arabella jadi mendecak keras sebelum menghampiri pemuda jangkung itu dan menggandengnya, “Ndak usah banyak protes ya, Sadewa.” katanya sembari menarik tangan pemuda yang sudah pasrah itu mengikuti langkahnya.

“Disini bisa bayar pake card gak sih?? Aku takut uangku ndak cukup.” Sadewa melirik kesekitar dengan takut.

“Ndak bisa yo. Jangan mbok samakan kayak kamu biasane ngajak cewek-cewekmu ke cafe atau resto mahal.”

Pemuda itu lalu menghela nafas panjang, “Uang cash ku cuma 250 ribu, itupun bekas aku fotocopy tugas tadi.”

“Wes wes diamo. Ndek sini es campur e wenakk, kamu mesti suka.” sambar gadis itu saat pesanan keduanya diantarkan.

Sadewa menatap berbinar dua mangkuk es campur dengan warna yang sangat menarik. Dengan banyak toping dan sirup yang menggugah selera.

“Woahh, keren. Kayak bingsoo.” komentarnya sebelum menyendok dan mulai memakannya. Sedetik kemudian langsung mengeluh sakit gigi akibat serangan dingin yang dirinya tidak perkirakan.

Arabella hanya tertawa kecil. Gadis itu sibuk memotret es campur miliknya sebelum bergabung dengan Sadewa memakan es itu dengan bersemangat.

“Habis ini meh kemana??” tanya Sadewa disela-sela dirinya menikmati es campur miliknya yang sudah hampir habis.

Ara menggelengkan kepalanya tak tahu, “I don't know. Opo nonton aja??” tawar gadis itu membuat Sadewa mengangguk kecil lalu menyambar ponselnya yang tergeletak diatas meja.

“Sek tak cek e ada film apa ae.”

“Horor ae horor.” kata Ara membuat Sadewa jadi menghentikan kegiatannya dan menatap gadis itu dalam diam.

Nooo, aku ndak bisa nonton horor.”

“Astagaaaa, kan ambek akuuu nonton e gak sendirian... Ya ya yaaa??? Sadewaaa yaaa, ayolahh mosok gak mau seh nemenin aku nonton horor.” Arabella menatap kearah Sadewa dengan mengedip lucu lalu memasang puppy eyes yang membuat Sadewa jadi menghela nafasnya kasar, siapa disini yang tega nolak kalo ada yang masang muka lucu gitu??? batin Sadewa bertanya-tanya.

Arabella lalu mengembangkan senyumnya, “YESSS!!” serunya bersemangat.

“Ini bayar e yaapa??” tanya pemuda itu setelah keduanya menghabiskan satu mangkuk es campur.

Arabella yang lebih dulu beranjak, dirinya lalu berjalan kearah sang penjual yang terlihat masih sibuk melayani pembeli. “Mas, udah. Jadinya berapa??”

“Oh mbaknya, dua saja kan?? Jadi 24 ribu mbak.”

Sadewa dibelakang gadis itu jadi membelalak kaget, lalu maju dan bertanya, “Serius, Pak?? Cuma 24 ribu??”

“Ishh, kamu budek kah?? Abang e bilang 24 ribu yo, wes wes, kamu seng bayar opo aku??”

“Aku ae lah, enak aja kamu seng bayar.” sambar Sadewa lalu mengeluarkan satu lembar uang berwarna biru lalu menyodorkannya kearah sang penjual, “Nih Pak, nggak usah kembalian ndak apa. Semangat jualan, Pakk.”

Arabella lalu terkikik sebelum berjalan terlebih dahulu, Sadewa dengan cepat menyusul lalu mengalungkan lengannya ke bahu si gadis.

“Kenapa murah yoo,” katanya masih tidak habis pikir.

“Makanya kamu itu maino ambek aku aja, biar bisa menabung buat masa depanmu. Siapa tau nanti kamu diusir sama Pippi Poppo mu.”

“Woyy kalo ngomong dipikir sekk, bisa-bisa e doain aku diusir. Nanti nek aku diusir terus kamu minta ditemenin jajan kayak begini yaapa aku gak punya mobil dan motor.” protes pemuda itu sembari terus menggerutu hingga keduanya sampai di mobil.

“Naik mobilku.” sahut Arabella sembari memasang seatbeltnya.

“Mobilmu kuecil, kaki ku panjang ntik nggak muat.”

Lalu keduanya tertawa setelah Ara mengiyakan apa yang dikatakan Sadewa.


Baik Ara maupun Sadewa, kedua berjalan dengan ragu kearah studio cinema setelah menerima tiket dan popcorn untuk menemani keduanya selama menonton film nanti.

Bioskop masih lega, namun film sebentar lagi dimulai. Sadewa menuntun Arabella menuju kursi keduanya yang berada diatas. Matanya mengedar, lalu bergidik ngeri saat hanya dirinya dan Ara yang berada di deretan kursi atas.

“Serem banget aanjiirr,” keluh Ara saat gadis itu sudah duduk manis sembari memangku popcorn caramelnya.

Sadewa yang duduk disebelahnya hanya mengangguk menyetujui.

Film tak lama kemudian dimulai. Suasana bioskop jadi semakin mencekam ditambah sound yang super keras saat adegan jump scare.

Sadewa memias dikursinya, pemuda itu terdiam sembari meremat jemari Arabella yang digenggamnya. “Sumpahh, aku wedii bangett. Astagaaaa, kapan selesainyaaa...” katanya mengeluh terus terusan.

Arabella yang juga sedikit takut jadi mendecak lalu merapatkan tubuhnya kearah pemuda jangkung disebelahnya, “Sadewa, nanti nek sampe rumah ndak bisa tidur video call an aja yo sampe pagi.” katanya membuat Sadewa jadi mengangguk pasrah.

Hampir dua jam Sadewa merasa hidupnya ditaruhkan didalam studio bioskop. Kini pemuda itu menatap kosong pada soda miliknya yang sudah berembun dan es batunya mencair.

“He, udah selesaii lohh mosok masih gitu tatapannya.” protes Arabella membuat Sadewa menatapnya berkaca-kaca.

“Sumpahhh aku wedii poll, opo kamu nggak wedii???”

“Yaapa sehh, kamu ae sepanjang film merem tok dan ngeremet tanganku.” Ara mencibir lalu kembali sibuk memakan burger miliknya.

Keduanya tadi memutuskan untuk mampir ke McDonald untuk mengisi perut, namun Sadewa masih saja bergeming, tak menyentuh burger miliknya.

Arabella jadi sedikit bersimpati, gara-gara permintaanya Sadewa jadi seperti ini. “Halah wes lahh ndak usah sampe mbok overthinking in, ntik malem tak temenin video call sampe kamu bobok dehh.”

“Oke call.” sahut Sadewa bersemangat lalu mulai memakan burgernya.

Arabella kemudian mendecak keras.

Bisa bisanya.


Sore-sore gini, Sadewa gabut banget dan tiba-tiba nyamperin Darren yang sedang duduk didepan bersama ketiga saudaranya.

“Lapo? tumben banget kamu keluar dari sarangmu” Ucap Darren saat melihat Dewa sudah duduk disebelahnya.

Pemuda tinggi itu tanpa ada sopannya mengambil camilan yang ada di depan dia itu, “Haduh aku gabut banget, dirumah gak ada siapa-siapa”.

“Lah emang pada kemana?” Tanya Nana.

“Biasalah pada sok sibuk,”

Mereka pun berbincang hingga suara adzan maghrib berkumandang.

“Wes sana loh ndang pulang kamu dew, sholat sana loh” Celetuk Arabella.

“Nonmus mbak nonmus”

Ke empatnya pun tertawa dengan jawaban Sadewa

“Kamu nek masih gabut, iniloh ajaken Ara jalan-jalan. Ini anak juga sama gabute ambek kamu” Perintah Ian kepada Sadewa.

Sadewa menatap Arabella dan melemparkan senyumannya serta menaik turunkan alis nya, ya emang lagi menggoda Arabella sih.

“Apa? kon kenapa masang muka mesum?” Sarkas Arabella

“Mesum loh katanya,” Jawaban yang keluar dari mulut Sadewa lagi-lagi membuat mereka tertawa.

“Jalan-jalan naik motor nya bang ian kayae seru” Nyindir banget, Sadewa tuh gak bisa naik motor kopling.

“Ah gak mau lah, mending naik mobil aja daripada naik motornya Bang Ian” Jawabnya nampak badmood.

“Yowes naik Vespa Matic nya Cece aja” Sang kakak perempuan yang baik hati ini pun menyodorkan kunci motornya yang ada gantungan stitch itu.

“Ayo dewa, kamu ojok mager aja” Arabella menarik tangan lelaki itu.

Sadewa beranjak dan menyambar kunci mobil yang ada diatas meja lalu menuju Vespa Matic yang tepat berada disebelah motor besar milik Ian.


Suara riuh kendaraan mengisi kosongnya malam yang panjang. Lampu-lampu jalan juga nampak menghiasi seisi kota ini. Dingin.

Iya dingin soalnya habis hujan, untungnya Arabella memakai jaket yang lumayan tebal, namun tidak dengan lelaki yang kini sedang menyetir menyetir untuknya.

“Mau diantar kemana mbak? Daritadi saya sudah berkeliling” Ucap Sadewa sambil mengarahkan kepalanya agak kebelakang.

Arabella menepuk bahu Dewa, “Oposeh kamu ini ah, orang baru ae jalan 5 menit loh.”

“Bell, gini ni misal kita ketemu sama Jevano yaapa yo?” Ucapnya lagi.

“Yo emang kenapa? ketemu ya ketemu aja lah, kan emang lagi dijalan dan jelas ketemu banyak orang, bisa jadi itu Jevano yokan”

“Dan naga?”

Arabella memukul keras bahu Sadewa, dan yang dipukul malah ketawa tuh sampe motornya oleng.

“Eh nanti beli cimory dulu dong, berenti tuh depan ada Alfa.” Perintah Arabella kepada Sadewa.

Sesampainya di Alfa, Sadewa gak ikut masuk jadi cuman Arabella aja yang masuk, katanya dia males ketemu mbak-mbak nya. Pas ditawarin mau apa dia juga gak mau. Yaudah.

“Nih,” Kata Arabella sambil menyodorkan minuman kopi kotak.

“Aku loh gak minta,” Jawabnya, tapi sambil masukin sedotan ke kopinya.

“Gak minta tapi doyan, dasar.”

Bella membeli yoghurt rasa strawberry, Kesukaannya.

“Seh mana, susah bener buka nya” Dewa mengambil yoghurt yang sedang dipegang oleh Bella dan membukanya.

Keduanya kini melanjutkan acara jalan-jalan mereka dan gak tau mau sampai kapan dan jam berapa.

“Kamu gak capek tah boncengin aku?” Ucap Bella dari belakang.

“Kenapa? kamu meh gantiin aku tah?”

“Ya gaapa nek kamu capek biar aku seng bonceng,” Bella menawarkan diri.

Sadewa malah tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan Bella. Mana mungkin dia membiarkan Bella membonceng dia, “halah gausah, aku masih kuat”

Singkat cerita, mereka berenti suatu tempat sekedar melepas capek. Padahal nih ya gak jauh-jauh banget tapi ya bukan Sadewa namanya kalau ga sambat.

“Makan itu ayo, kasian gak ada seng beli” Arabella menunjuk seorang penjual sate ayam yang sedang sepi pembeli.

Keduanya menghampiri penjual itu dan segera memesan dua porsi sate lengkap dengan lontongnya.

Mereka berdua kini sedang melahap makanan mereka sambil menikmati orang yang sedang lalu lalang di jalanan.

“Enak ya bell,” Celetuk Sadewa di sela makanan mereka.

“Enak lah, ga kalah kan sama restoran mahal seng sering kamu kunjungin itu” Sindirnya.

“Aku ntik meh bawain orang rumah lah, sama itu ntik bawakno juga sodaramu” Ucap Sadewa lagi.

Arabella yang mulutnya sedang penuh sampai tidak sanggup menjawab dan hanya anggukan yang bisa dia lakukan.

Sadewa kembali terkekeh melihat tingkah gadis yang sedang makan disampingnya itu.

“Berapa bang pak totalnya semua?” Tanya Sadewa.

“Totalnya delapan puluh ribu mas”

“Nih pak, gak apa itu sisanya buat bapak aja. Lancar selalu ya pak rejekinya” Kata Sadewa lagi.

“Walah mas ini kebanyakan loh,”

“Udah pak ndak apa, makasih ya pak” Arabella menjawab sambil tersenyum kepada penjual itu.

“Nanti kapan-kapan makan disitu lagi enak kayae Bell”

“Enak, tapi agak jauh yo dari rumah” Jawab Bella.

“Ya kapan-kapan bawa mobil ajab gimana, biar gak capek” Tawar Sadewa.

“Ya terserah, kan aku tinggal ngikut”

Keduanya kini sedang menepuh perjalanan pulang. Tapi gak tau ya, ini emang Sadewa lupa sama jalan atau emang nih anak muter-muter kota.

“Kenapa lewat sini? Iniloh sepi jalan ndek sini” Protes Arabella.

“Iyo tapi ini jalan pintas bell, biar cepet”

“Kamu ndak dingin po? ga pake jaket loh, terus bajumu ini jugs tipis” Tanya bella sambil memegang baju yang di kenakan Sadewa.

“Ya sebenere dingin, coba nek mbuk peluk lak ndak dingin” Sambil cekikikan Sadewa menjawab seperti itu.

“Halah halah halah” Arabella kembali menggebuk punggung Sadewa.

“Kamu nih sukane kdrt kok Bell”


Mereka udah sampe kompleks, dan saat melewati rumah milik Nakuntara. Disana ada Jevano, adam dan juga Abimana.

Jelaslah kalo mereka nyapa, apalagi si Nakuntara. Itu anak punya mulut kadang suka rada-rada ga beres.

“Dewa, Jancok wes kencan ae rupamu” Nakuntara berteriak namun tidak dihiraukan oleh Sadewa. Dia malah melaju kan motornya tanpa menengok ke arah mereka.

“Disapa ituloh, kenapa ga dijawab bro?” Tanya Arabella.

“Halah biar, nanti lak rame di grup chat.” Jawabnya sarkas.

Sudah sampai, segera Sadewa kembali memasukkan motor milik kakak nya Arabella ke garasi.

“Udah, aku pulang ya” Pamit Sadewa ke Arabella yang memegang gerbang.

“Makasih ya Dew.” Jawabnya manis.

Sadewa tersenyum dan menghampiri Arabella kemudian memegang ujung kepala gadis itu, “Iya, kapan-kapan kita jalan-jalan lagi ya Bell”

Mematung.

Kondisi Bella saat ini.

Soalnya apa ya, jarang banget Sadewa bersikap manis kayak gitu. Biasanya dia kan rese banget apalagi kalau sudah sama Adam. Tapi gak tau kenapa malam ini beda. Pokoknya Sadewa tuh beda. Itu pikiran Arabella.

Sore-sore gini, Sadewa gabut banget dan tiba-tiba nyamperin Darren yang sedang duduk didepan bersama ketiga saudaranya.

“Lapo? tumben banget kamu keluar dari sarangmu” Ucap Darren saat melihat Dewa sudah duduk disebelahnya.

Pemuda tinggi itu tanpa ada sopannya mengambil camilan yang ada di depan dia itu, “Haduh aku gabut banget, dirumah gak ada siapa-siapa”.

“Lah emang pada kemana?” Tanya Nana.

“Biasalah pada sok sibuk,”

Mereka pun berbincang hingga suara adzan maghrib berkumandang.

“Wes sana loh ndang pulang kamu dew, sholat sana loh” Celetuk Arabella.

“Nonmus mbak nonmus”

Ke empatnya pun tertawa dengan jawaban Sadewa

“Kamu nek masih gabut, iniloh ajaken Ara jalan-jalan. Ini anak juga sama gabute ambek kamu” Perintah Ian kepada Sadewa.

Sadewa menatap Arabella dan melemparkan senyumannya serta menaik turunkan alis nya, ya emang lagi menggoda Arabella sih.

“Apa? kon kenapa masang muka mesum?” Sarkas Arabella

“Mesum loh katanya,” Jawaban yang keluar dari mulut Sadewa lagi-lagi membuat mereka tertawa.

“Jalan-jalan naik motor nya bang ian kayae seru” Nyindir banget, Sadewa tuh gak bisa naik motor kopling.

“Ah gak mau lah, mending naik mobil aja daripada naik motornya Bang Ian” Jawabnya nampak badmood.

“Yowes naik Vespa Matic nya Cece aja” Sang kakak perempuan yang baik hati ini pun menyodorkan kunci motornya yang ada gantungan stitch itu.

“Ayo dewa, kamu ojok mager aja” Arabella menarik tangan lelaki itu.

Sadewa beranjak dan menyambar kunci mobil yang ada diatas meja lalu menuju Vespa Matic yang tepat berada disebelah motor besar milik Ian.


Suara riuh kendaraan mengisi kosongnya malam yang panjang. Lampu-lampu jalan juga nampak menghiasi seisi kota ini. Dingin.

Iya dingin soalnya habis hujan, untungnya Arabella memakai jaket yang lumayan tebal, namun tidak dengan lelaki yang kini sedang menyetir menyetir untuknya.

“Mau diantar kemana mbak? Daritadi saya sudah berkeliling” Ucap Sadewa sambil mengarahkan kepalanya agak kebelakang.

Arabella menepuk bahu Dewa, “Oposeh kamu ini ah, orang baru ae jalan 5 menit loh.”

“Bell, gini ni misal kita ketemu sama Jevano yaapa yo?” Ucapnya lagi.

“Yo emang kenapa? ketemu ya ketemu aja lah, kan emang lagi dijalan dan jelas ketemu banyak orang, bisa jadi itu Jevano yokan”

“Dan naga?”

Arabella memukul keras bahu Sadewa, dan yang dipukul malah ketawa tuh sampe motornya oleng.

“Eh nanti beli cimory dulu dong, berenti tuh depan ada Alfa.” Perintah Arabella kepada Sadewa.

Sesampainya di Alfa, Sadewa gak ikut masuk jadi cuman Arabella aja yang masuk, katanya dia males ketemu mbak-mbak nya. Pas ditawarin mau apa dia juga gak mau. Yaudah.

“Nih,” Kata Arabella sambil menyodorkan minuman kopi kotak.

“Aku loh gak minta,” Jawabnya, tapi sambil masukin sedotan ke kopinya.

“Gak minta tapi doyan, dasar.”

Bella membeli yoghurt rasa strawberry, Kesukaannya.

“Seh mana, susah bener buka nya” Dewa mengambil yoghurt yang sedang dipegang oleh Bella dan membukanya.

Keduanya kini melanjutkan acara jalan-jalan mereka dan gak tau mau sampai kapan dan jam berapa.

“Kamu gak capek tah boncengin aku?” Ucap Bella dari belakang.

“Kenapa? kamu meh gantiin aku tah?”

“Ya gaapa nek kamu capek biar aku seng bonceng,” Bella menawarkan diri.

Sadewa malah tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan Bella. Mana mungkin dia membiarkan Bella membonceng dia, “halah gausah, aku masih kuat”

Singkat cerita, mereka berenti suatu tempat sekedar melepas capek. Padahal nih ya gak jauh-jauh banget tapi ya bukan Sadewa namanya kalau ga sambat.

“Makan itu ayo, kasian gak ada seng beli” Arabella menunjuk seorang penjual sate ayam yang sedang sepi pembeli.

Keduanya menghampiri penjual itu dan segera memesan dua porsi sate lengkap dengan lontongnya.

Mereka berdua kini sedang melahap makanan mereka sambil menikmati orang yang sedang lalu lalang di jalanan.

“Enak ya bell,” Celetuk Sadewa di sela makanan mereka.

“Enak lah, ga kalah kan sama restoran mahal seng sering kamu kunjungin itu” Sindirnya.

“Aku ntik meh bawain orang rumah lah, sama itu ntik bawakno juga sodaramu” Ucap Sadewa lagi.

Arabella yang mulutnya sedang penuh sampai tidak sanggup menjawab dan hanya anggukan yang bisa dia lakukan.

Sadewa kembali terkekeh melihat tingkah gadis yang sedang makan disampingnya itu.

“Berapa bang pak totalnya semua?” Tanya Sadewa.

“Totalnya delapan puluh ribu mas”

“Nih pak, gak apa itu sisanya buat bapak aja. Lancar selalu ya pak rejekinya” Kata Sadewa lagi.

“Walah mas ini kebanyakan loh,”

“Udah pak ndak apa, makasih ya pak” Arabella menjawab sambil tersenyum kepada penjual itu.

“Nanti kapan-kapan makan disitu lagi enak kayae Bell”

“Enak, tapi agak jauh yo dari rumah” Jawab Bella.

“Ya kapan-kapan bawa mobil ajab gimana, biar gak capek” Tawar Sadewa.

“Ya terserah, kan aku tinggal ngikut”

Keduanya kini sedang menepuh perjalanan pulang. Tapi gak tau ya, ini emang Sadewa lupa sama jalan atau emang nih anak muter-muter kota.

“Kenapa lewat sini? Iniloh sepi jalan ndek sini” Protes Arabella.

“Iyo tapi ini jalan pintas bell, biar cepet”

“Kamu ndak dingin po? ga pake jaket loh, terus bajumu ini jugs tipis” Tanya bella sambil memegang baju yang di kenakan Sadewa.

“Ya sebenere dingin, coba nek mbuk peluk lak ndak dingin” Sambil cekikikan Sadewa menjawab seperti itu.

“Halah halah halah” Arabella kembali menggebuk punggung Sadewa.

“Kamu nih sukane kdrt kok Bell”


Mereka udah sampe kompleks, dan saat melewati rumah milik Nakuntara. Disana ada Jevano, adam dan juga Abimana.

Jelaslah kalo mereka nyapa, apalagi si Nakuntara. Itu anak punya mulut kadang suka rada-rada ga beres.

“Dewa, Jancok wes kencan ae rupamu” Nakuntara berteriak namun tidak dihiraukan oleh Sadewa. Dia malah melaju kan motornya tanpa menengok ke arah mereka.

“Disapa ituloh, kenapa ga dijawab bro?” Tanya Arabella.

“Halah biar, nanti lak rame di grup chat.” Jawabnya sarkas.

Sudah sampai, segera Sadewa kembali memasukkan motor milik kakak nya Arabella ke garasi.

“Udah, aku pulang ya” Pamit Sadewa ke Arabella yang memegang gerbang.

“Makasih ya Dew.” Jawabnya manis.

Sadewa tersenyum dan menghampiri Arabella kemudian memegang ujung kepala gadis itu, “Iya, kapan-kapan kita jalan-jalan lagi ya Bell”

Mematung.

Kondisi Bella saat ini.

Soalnya apa ya, jarang banget Sadewa bersikap manis kayak gitu. Biasanya dia kan rese banget apalagi kalau sudah sama Adam. Tapi gak tau kenapa malam ini beda. Pokoknya Sadewa tuh beda. Itu pikiran Arabella.