SALIB DAN DUPA
Mahayana Abiyu
Sudah sejak tiga tahun lalu kami menjalani hubungan yang sangat ditentang oleh orang tua maupun Tuhan kami masing-masing, tembok yang sangat sulit untuk ditembus bahkan untuk merobohkannya pun kami tidak sanggup.
Kami pun tahu bahwa tidak mungkin kami bisa bersama. Apa yang seharusnya berbeda justru Tuhan memberinya sama dan apa yang seharusnya sama justru Tuhan memberinya berbeda. Aku mencintainya-sangat mencintainya malah, tetapi aku tahu bahwa sebesar apa pun aku mencintai dirinya, aku tidak bisa merebut dia dari Tuhan pencipta dirinya.
—
Seperti yang dikatakan David tadi pagi, dia datang untuk mengajakku sekadar makan siang yang jauh dari area kampus kami.
Hal yang biasa dia lakukan menceritakan hal- hal kecil yang membuatku melupakan semua masalah yang ada di rumah maupun mata kuliah yang membuat kepalaku hampir meledak dibuatnya.
Ia menghiasi wajahnya dengan senyuman dan sesekali dia melirik ke arahku untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja dan tidak sedang memikirkan hal berat seperti hubungan kami yang tidak mendapatkan restu dari orang tuaku.
David selalu bertanya kepadaku bagaimana hariku dan bertanya tentang bagaimana cara supaya viharaku dan gerejanya bisa jatuh cinta. Ya, hanya sekedar candaan memang, tetapi aku sangat berharap kepada Tuhan bahwa itu bukan hanya sebuah candaan yang kami lontarkan.
Sesampainya kami di tempat makan, David tak hentinya bertanya mengenai apa yang terjadi kepadaku dan mengapa aku terlihat murung sejak berada di mobil tadi.
Aku mencoba mengatakan bahwa tidak ada apa pun yang sedang terjadi, tapi bagaimana pun juga, David tidak Mempercayaiku dan akupun tidak bisa berbohong kepadanya Aku pun akhirnya menceritakan tentang orang tuaku yang ingin memperkenalkan diriku kepada temannya.
David pun menghela napasnya dan memegang tanganku seraya mengatakan, “its okay. Lakukan saja tidak apa – apa Biu. Jika kamu merasa gugup, ingatlah bahwa Tuhanmu ada di dalam lubuk hati yang paling dalam dan serahkan semua kepada-Nya”
Ya, selalu saja Tuhanmu, tidak pernah ada kata Tuhan kami di antara percakapan yang selama ini kami lontarkan.
Selama perjalanan pulang, kami tidak berbicara tentang apa pun, kami berdua terdiam hingga sampai tempat di mana aku seharusnya menunggu kakakku untuk menjemput.
Vihara
Selepas kepergian David, aku memutuskan untuk berdoa sejenak di dalam vihara. Aku tahu bahwa yang aku minta sangat tidak mungkin dikabulkan oleh Tuhan. Bagaimana tidak, yang kuminta adalah supaya kami bisa dipersatukan bagaimana pun caranya. Aku pun tahu ini sangat egois bahkan terkesan memaksa kehendak Tuhan.
Christopher David Gabriel
Aku sangat tahu bahwa dia -Biyu- sedang memikirkan hal yang berat di kepalanya.apalagi kalau bukan kehendak orang tuanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan orang lain?
Aku tidak tahu harus berbuat dan bereaksi seperti apa selain menenangkan Biyu supaya dia tidak terlalu membebani pikirannya.
Sesaat setelah aku mengantarkan pria yang kusebut sebagai kekasihku itu turun tepat di depan tempat ibadahnya, aku pun sama, aku pergi ke tempat ibadahku untuk duduk dan mengepalkan tanganku berdoa dan meminta kepada Tuhanku.
Tuhan, aku tahu bahwa aku sangat lancang mencintai makhluk yang bukan umat-Mu bahkan aku sangat lancang untuk meminta dipersatukan dengan dia oleh-Mu. Aku sangat tidak tahu harus pergi ke mana lagi untuk menceritakan kebodohan yang telah aku perbuat selama tiga tahun terakhir ini.
Tuhan, jika boleh aku meminta tolong ciptakan kami dengan wadah yang pas, dengan keyakinan yang sama dan dengan wujud yang berbeda sebagaimana Yusuf dan Maria. Entah itu berapa lama kami menunggu. Tetapi aku mohon kepada-Mu, tolong persatukan kami di kehidupan selanjutnya dan bahagiakan kami.
Aku masih menundukkan kepalaku dan terus meminta kepada-Nya sampai aku tidak menyadari bahwa aku sudah berada di gerejaku lumayan lama dan sudah hampir petang. Aku melihat ponselku sejenak dan tidak ada kabar dari Biyu. Tidak apa, aku sudah tahu bahwa sekarang dia sedang bersama dengan keluarganya dan tentu saja seseorang yang akan dijodohkan dengannya.
Waktu berjalan sangat cepat, hingga hari selanjutnya pun tiba dan aku juga sudah menerima telepon dari kekasihku pagi ini. Ya seperti biasa, dia berbicara sangat manis padaku dan seperti tidak terjadi apa- apa kemarin. Dia memintaku untuk menemuinya di tempat pertama kami bertemu dulu, Bakso Udang.
Pertemuan ku dengan Biyu di tempat itu akhirnya membawa kisah kami pada bab terakhir, perjalanan yang telah kami bangun selama tiga tahun dan dengan usaha yang tiada habis nya, doa serta harapan yang terus kami lontarkan ternyata tidak cukup mampu membawa kisah kami berakhir seperti kisah Yusuf dan Maria.
Kami selesai.
Iya, kalian tidak salah membaca karena hubungan kami benar benar selesai dan Biyu mau tidak mau harus menuruti kehendak kedua orangtua nya. Sakit? ini sangat sakit sekali bagaimana pun cara berpisah dan se manis apa pun perpisahan, itu akan tetap menyakitkan untukku.
Tuhan, penat rasanya harus melepaskan dia. Aku sangat takut kehilangan dirinya, tiga tahun itu sangat sia-sia bukan? kini tugasku untuk menjaga nya telah selesai, semuanya aku serahkan kepadamu. Aku hanya ingin bersimpuh dan menangis selama yang aku mau kepadamu
Cara berdoa yang berbeda, rumah ibadah yang berbeda namun dengan air mata yang sama. Kapan dia bisa ber ibadah dan memohon doa tepat di sampingku? Kapan dia akan mengucap nama tuhan yang sama denganku?
Aku adalah manusia paling egois di dunia ini, karena sangat mencintai kekasiku yang kini sudah tidak bersama diriku lagi. Mahayana Abiyu
Dan kini aku hanya meminta kepada mu Tuhan, biarkan dia dijaga oleh yang pantas dan biarkan dia bahagia dengan pilihannya. Biarkan dia mendapat kekasih yang ber keyakinan sama dengan dirinya. Terimakasih Tuhan kau sungguh baik.