Oh Really?
Sudah hampir dua jam Alan dan Evelyn menghabiskan waktunya di sekitar sungai yang berada tak jauh dari tempat mereka makan tadi.
Mereka duduk saling bersebelahan diatas rumput hijau, cuaca juga mendukung karena hari ini sedang cerah dan enak untuk bersantai sambil menikmati air yang mengalir.
“Alan, aku boleh nanya sesuatu nggak?” Tanya Evelyn sembari menatap ke arah alan.
Alan pun menoleh “Iya boleh, tanya apa lin”
Evelyn tampak membasahi bawah bibirnya seraya mempersiapkan pertanyaan yang akan ditujukan kepada Alan.
“Kamu masih suka kepikiran ya sama Runi?” Tanpa basa-basi, Evelyn langsung tepat sasaran menyebutkan nama Runi—mantan alan—
Alan tidak terkejut bahkan dia sangat tenang mendapat pertanyaan seperti itu dari Evelyn.
“Iya terkadang, tapi seringnya engga lin. Aku sering lupa sama dia kalau lagi sama kamu, aku lebih suka ngabisin waktu buat jalan-jalan sama kamu daripada aku diem aja dirumah”
Alan tampak menggantung ucapannya dan menurunkan pandangan dia kebawah “Kadang juga kangen sama Runi, tapi aku gak tau dia sekarang ada dimana” Imbuhnya.
Melihat Evelyn yang nampak murung setelah ia melontarkan omongan terakhirnya, Alan segera mengusap pucuk kepala Evelyn dengan tersenyum “Udah gak usah dipikir lin, sekarang kan aku sama kamu.”
“Maksudnya apa ya mon maap” Balas Evelyn sedikit sinis. Alan hanya tertawa melihat Evelyn yang kesal karena dirinya.
Waktu berlalu begitu cepat karena mereka lewati dengan berbagai tawa dan cerita yang saling dibagikan satu sama lain. Dan sepertinya senja juga sudah mulai menampakkan dirinya.
“Kita udah lama banget ya lan saling jalan berdua kayak gini hahaha” Kata Evelyn tanpa memandang Alan.
“Iya, kenapa? Kamu bosen ya?” Jawab Alan.
“Engga sih, kali aja kamu yang bosen”
“Engga lin, aku seneng kok bisa ngabisin waktu sama kamu.”
Keduanya saling diam lagi sampai waktu pun hampir gelap.
“Pulang ayo, udah mau malem” Ajak Alan sambil berdiri.
Evelyn masih disana, dia sibuk dengan isi kepalanya yang berkata udah sih lo confess aja ke alan, ntar keburu mantannya balik anjir lin
Alan menyadari itu dan dia segera menepuk bahu Evelyn “Lin”
“Hah iya gue sayang sama lo lan” Evelyn yang kaget dan tidak menyadari apa yang barusan dia katakan. Dia pun segera menutup mulutnya dengan rapat, wajahnya nampak merah karena menahan malu.
Alan pun terkekeh dan kembali mengacak rambut Evelyn “Udah ayo pulang” Alan menggandeng tangan Evelyn untuk menuju mobil.
Disepanjang jalan menuju rumah, Evelyn diam seribu bahasa entah karena dia malu atau dia sedang menyiapkan amunisi untuk mengutarakan perasaannya kepada Alan.
“Gak salah denger ya aku tadi?” Sial, Alan malah bertanya tentang hal itu.
Evelyn masih menutup mulutnya rapat dan tidak mau menatap Alan.
“Mana tadi bilangnya pake gue gue,” Imbuh Alan sambil sedikit tertawa.
“Kalau beneran sayang tuh bilang yang bener,” Alan terus meledek Evelyn dan terus mengungkitnya.
Evelyn menggigit bibir bawahnya dan memainkan jarinya.
“Jangan gitu, nanti berdarah loh” Alan memegang tangan Evelyn dan dia malah menggenggam tangan Evelyn.
Evelyn yang bingung pun menatap Alan dengan wajah yang merah, Alan menoleh ke arah Evelyn sambil tersenyum “Coba tadi diulangi ngomongnya”
“Apasih lan itu mulu yang dibahas”
Alan terkekeh melihat wajah Evelyn yang merah itu, dia masih menggenggam tangan Evelyn.
Alan menepi di pinggiran jalan dan mengubah duduk nya menghadap kepada Evelyn.
“Mau nyoba jalanin lebih dari teman?” Dorrr Alan tanpa celah langsung menanyakan hal itu.
Dada Evelyn berdegup sangat kencang ketika mendapat pertanyaan itu dan dia tak hentinya mengedipkan mata tanpa berpaling pandang dari wajah Alan.
“Jawab Evelyn, kenapa malah diem aja” Alan membuyarkan lamunan Evelyn dengan mencubit pipi Evelyn.
aaaaakkhhhhh emang boleh secepat itu lan, aduh gue harus gimana bjirrr lannnnn Evelyn kembali dengan kepalanya yang berisik.
Kini Evelyn memandang lekat wajah Alan, dipandanginya tanpa melewatkan satu bagian pun dari wajahnya. Tuhan, betapa sempurnanya ciptaanmu ini. Ya kira-kira seperti itulah yang dipikirkan Evelyn.
Dengan menghela nafas panjang, Evelyn memberikan jawaban kepada Alan “Alan, kalau kita lebih dari teman. Bisa gak kamu lupain semua tentang Runi?”
Alan kini mempererat genggaman tangannya dan tersenyum kembali “Iya, aku bisa lin”
Keduanya kini saling tersenyum dan Ya, akhirnya mereka berdua resmi mengubah status teman menjadi kekasih. Semoga apa yang ditakutkan Evelyn tidak terjadi dan semoga Alan bisa menepati ucapannya.