mama?
⚠ verbal abuse
Nadine panik ketika membaca pesan yang dikirim oleh mama nya. Dia sebenarnya tidak ingin kembali ke rumah itu, rumah yang membuat Nadine memiliki memar di beberapa tubuhnya.
Papa Nadine sedang keluar membeli beberapa makanan untuk persiapan makan malam. Nadine bingung harus bagaimana, kalau orangtua nya itu bertemu pasti akan bertengkar dan saling memaki. Nadine tidak mau itu terjadi.
Gadis itu mencoba untuk menelfon Xavier tapi tak kunjung ada jawaban begitupun dengan Rachel. Nadine bingung sampai ketika dia mendengar suara mobil yang terparkir dipekarangan rumah Papanya. Netra gadis itu langsung bisa mengenali siapa pemilik brio putih ini. Mamanya.
“Nadine.. Keluar kamu Nadine, ayo kita pulang” Teriak sang Mama sambil menggedor pintu rumah itu.
Nadine tidak menjawab, dia panik dan menggigit ibu jarinya sambil menangis. Dia tau kalau dia pulang ke rumah pasti akan dihajar oleh Mamanya.
Ada beberapa menit gedoran dan terikan Mamanya masih terdengar.
“Kenapa kamu kesini, Risa.” Papa Nadine menghentikan tidakan Mamanya.
“Mau ambil Nadine. Berani beraninya kamu ambil Nadine dari saya, Farhan.” Balas Risa dengan angkuh.
“Nadine bukan barang yang bisa saya ambil. Nadine anak saya”
“Jangan banyak bicara, cepat buka pintu dan bawa Nadine keluar” Perintah Risa kepada Farhan.
“Risa, selama ini apa yang kamu perbuat? Nadine kenapa banyak lebam di tubuhnya? Saya selama membesarkan Nadine, tidak pernah saya mencubit dia.”
“Nadine sering jatuh, cepat panggil Nadine atau saya dobrak pintu ini” Ucapnya berbohong sambil menendang pintu coklat yang berdiri kokoh itu.
Cklekk...
Nadine membuka pintu dengan mata yang merah karena menangis mendengar orangtua nya bertengkar kembali. Nadine tidak sanggup mendengar terlalu banyak hingga membuatnya untuk keluar kamar dan membuka pintu itu.
“Nadine udah disini ma, ayo kita pulang” Dengan suara gemetar dan mata yang siap untuk mengeluarkan air didalamnya itu Nadine melangkah maju ke hadapan Papanya.
“Nadine pulang ya pa, makasih udah bolehin Nadine mampir” Nadine tidak sanggup lagi menahan tangisnya ketika melihat wajah sang Papa.
“Iya nak, kapan kapan mampir lagi ya sayang” Ucapnya sambil mengusap pipi Nadine dan mencium kening gadis itu.
“Nggak ada kapan kapan, Nadine nggak perlu kesini lagi” Ucap mama Nadine sambil menarik tangan gadis itu dan menyeretnya masuk ke mobil.
“Mau kamu ini apa sebenernya? Kamu udah mama sekolahin, udah mana biayain. Tinggal nurut aja apa susahnya sih Nadine?” Mamanya berteriak kepada Nadine yang hanya bisa duduk di bawah sambil menundukkan kepalanya.
“Anak nggak tau di untung banget kamu ini, mama ini capek Nad kerja buat kamu, sekali aja ngertiin mama bisa nggak!!” Bentaknya sambil sesekali menendang Nadine.
“Udah Ma, nanti kaki mama sakit” Ucap seorang gadis sambil membawa ipad ditangannya.
“Lihat, lihat Tara. Dia selalu peduli sama Mama dan dia selalu ada kalau Mama lagi butuh. Nggak kayak kamu. Anak nggak berguna kamu Nadine.” Tangis Nadine pecah kala mendengar ucapan itu terucap dari seseorang yang melahirkan dia. Terucap dari surga nya. Nadine sudah benar benar tidak sanggup untuk terus berada di rumah itu.
“Nadine capek ma, Nadine mau istirahat” Dia langsung berlari menuju kamarnya sambil menangis.
Nadine terus menangis sambil memikirkan perkataan Mamanya yang bilang bahwa ia anak yang tidak berguna.
Jam sudah menunjukan waktu hampir subuh, Nadine sudah mengemasi barangnya dan bersiap untuk meninggalkan rumah tersebut.
Tepat pukul empat pagi. Nedine sudah meninggal kan tempat itu. Tempat yang sangat menyakitkan untuk Nadine.